Libur lebaran ini sempat membuat saya bingung. Saya tak tahu harus pergi kemana. Tentu saja saya tak mau menghabiskan waktu duduk di depan laptop. Saya pikir, mestilah ada hal yang menarik di liburan kali ini.
Iseng-iseng, mulailah saya mencari lokasi pantai di Google Maps. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjalan-jalan di daerah Pecatu. Jika ingin tahu kawasan ini, cari peta Pulau Bali. Kawasan Pecatu terletak tepat di kaki Pulau Bali. Kebetulan saya menginap di Jimbaran sehingga tak perlu waktu lama untuk mencapai Pecatu.
Di kaw
asan ini banyak terdapat pantai yang terkenal karena ombaknya yang besar. Inilah surga para surfer. Ombak besar inilah yang tetap menjaga nama Bali sebagai salah satu tempat surfing yang diakui secara internasional. Pertama-tama, saya datang ke Pantai Suluban. Dalam Bahasa Bali, suluban berarti “masuk dengan merunduk”. Dan memang benar, untuk mencapai ke bawah tebing, kita harus masuk dengan menunduk di sela-sela tebing. Sampai di bawah, deburan ombak langsung menyambut. Kemudian saya mendaki sebuah tebing untuk melihat pantai secara keseluruhan. Disinilah puncak kepuasannya. Di atas tebing i
ni, saya bisa melihat luasnya Laut Bali dibatasi tebing-tebing berkapur. Di atas ombak, para surfer menari-nari. Di sebelah saya, fotografer profesional memotret mereka dengan lensa yang super-besar.
Saya benar-benar merasa di ujung dunia!
Pantai kedua adalah Pantai Padang-Padang. Akses untuk menuju ke tempat ini sedikit lebih berat. Maksud saya, jalannya curam sekali. Untuk menuju ke pantainya, saya harus menuruni anak tangga—yang lumayan membuat tersengal-sengal. Ombak pantai sedikit lebih tenang, sehingga pas sekali untuk bersantai. Seperti biasa, pan
tai ini dilengkapi tebing-tebing yang curam. Inilah yang menambah keindahan pantai ini. Siapapun juga—termasuk saya—setelah menginjakkan kaki di pasir putih Pantai Padang-Padang pasti akan merasa berada di remoted island.
Setelah mengunjungi kedua pantai itu, saya memutuskan untuk ke Nusa Dua. Ini tempat kedua yang paling saya kunjungi selain Kuta. Sudah tak terhitung entah berapa kali saya ke Nusa Dua. Yang pasti, lumayan sering. Kuta pasti-lah ramai sekali. Jadi saya lebih memilih pergi ke Nusa Dua, hitung-hitung untuk ‘bertapa’ sedikit lah. Hehehe…
Pulang-pulang, kaki saya pegel minta ampun. Belum lagi tangan saya sedikit terbakar matahari. Mata memerah, rambut acak-acakan. Tapi saya puas sekali. Dan bertambah pula impian saya: untuk bisa mengendarai ombak. Hm...