Saturday, October 25, 2008

Balon untuk Aulia


Sewaktu ada upacara adat di Tabanan, saya bertemu dengan sepupu jauh. Dia baru saja berumur 4-5 tahun, baru masuk TK. Namanya Aulia. Awalnya, dia agak sedikit canggung bertemu saya. Tapi lama kelamaan, dia semakin nempel sama saya. Apa-apa sama Om Kenneth. Keluar sama Om Kenneth. Makan sama Om Kenneth. Saya sih tak keberatan, toh dia lucu sekali

Sampai pada suatu hari, dia berlari-lari menyongsong saya. Katanya, dia baru saja membeli slurry balloon di warung sebelah. Agak mengejutkan juga, anak sekecil itu bisa membeli barang sendirian. Tapi yang jadi masalah, dia tak bisa meniup balon itu. Alhasil saya yang jadi sasaran untuk meniupkan balon untuk Aulia.

Balon pertama jadi. Dia senang sekali dan meminta untuk dibuatkan lagi. Balon kedua selesai. Namun ternyata dia masih belum puas. Akhirnya, saya habiskan saja semua cairan balon agar ia tak merengek lagi.

Tanpa saya sadari, Bli Pala—teman kakak saya—mengabadikan momen-momen itu lewat lensa kamera. Dan hasilnya luar biasa sekali. Ini beberapa tangkapan ekspresi saya bersama Aulia. Foto itu tak hanya bagus dan bernilai artistik tinggi, tapi juga mencitrakan diri saya sebagai penyayang anak. Haha. Thanks to Bli Pala.

Wednesday, October 1, 2008

Freedom Pose


Foto ini diambil kakak saya. Ceritanya biar mirip Jhonny Depp di POC yang lagi teriak "Ayee...!!!"
Tapi gagal total. Malahan kakak saya comment: "Itu lagi pose atau mau bunuh diri?". Kalau itu mah pertanyaan kurang ajar. Dia pikir saya mau kelelep kali ya? Hehehe...
Tapi, latarnya bagus. Saya suka sekali.
Oh iya. Tolong jangan dilihat tanggalnya. Saya sering lupa me-reset kamera. It doesn't matter, right?


Standing at The Edge of Bali

Libur lebaran ini sempat membuat saya bingung. Saya tak tahu harus pergi kemana. Tentu saja saya tak mau menghabiskan waktu duduk di depan laptop. Saya pikir, mestilah ada hal yang menarik di liburan kali ini.

Iseng-iseng, mulailah saya mencari lokasi pantai di Google Maps. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjalan-jalan di daerah Pecatu. Jika ingin tahu kawasan ini, cari peta Pulau Bali. Kawasan Pecatu terletak tepat di kaki Pulau Bali. Kebetulan saya menginap di Jimbaran sehingga tak perlu waktu lama untuk mencapai Pecatu.

Di kawasan ini banyak terdapat pantai yang terkenal karena ombaknya yang besar. Inilah surga para surfer. Ombak besar inilah yang tetap menjaga nama Bali sebagai salah satu tempat surfing yang diakui secara internasional. Pertama-tama, saya datang ke Pantai Suluban. Dalam Bahasa Bali, suluban berarti “masuk dengan merunduk”. Dan memang benar, untuk mencapai ke bawah tebing, kita harus masuk dengan menunduk di sela-sela tebing. Sampai di bawah, deburan ombak langsung menyambut. Kemudian saya mendaki sebuah tebing untuk melihat pantai secara keseluruhan. Disinilah puncak kepuasannya. Di atas tebing ini, saya bisa melihat luasnya Laut Bali dibatasi tebing-tebing berkapur. Di atas ombak, para surfer menari-nari. Di sebelah saya, fotografer profesional memotret mereka dengan lensa yang super-besar.

Saya benar-benar merasa di ujung dunia!

Pantai kedua adalah Pantai Padang-Padang. Akses untuk menuju ke tempat ini sedikit lebih berat. Maksud saya, jalannya curam sekali. Untuk menuju ke pantainya, saya harus menuruni anak tangga—yang lumayan membuat tersengal-sengal. Ombak pantai sedikit lebih tenang, sehingga pas sekali untuk bersantai. Seperti biasa, pantai ini dilengkapi tebing-tebing yang curam. Inilah yang menambah keindahan pantai ini. Siapapun juga—termasuk saya—setelah menginjakkan kaki di pasir putih Pantai Padang-Padang pasti akan merasa berada di remoted island.

Setelah mengunjungi kedua pantai itu, saya memutuskan untuk ke Nusa Dua. Ini tempat kedua yang paling saya kunjungi selain Kuta. Sudah tak terhitung entah berapa kali saya ke Nusa Dua. Yang pasti, lumayan sering. Kuta pasti-lah ramai sekali. Jadi saya lebih memilih pergi ke Nusa Dua, hitung-hitung untuk ‘bertapa’ sedikit lah. Hehehe…

Pulang-pulang, kaki saya pegel minta ampun. Belum lagi tangan saya sedikit terbakar matahari. Mata memerah, rambut acak-acakan. Tapi saya puas sekali. Dan bertambah pula impian saya: untuk bisa mengendarai ombak. Hm...