Tuesday, August 5, 2008

Taman Ujung Soekasada: Melihat 'Yunani' di Karangasem

Orang Bali sering meng-identik-kan Karangasem dengan kekeringan. Jika musim panas menjelang, bukit yang mengelilingi Karangasem sontak kering kerontang. Beberapa daerah bahkan kesulitan mendapatkan air. Tapi, bukalah mata. Ada satu nirwana yang ‘berlimpah air’, meski musim panas terus melanda.

Teman kuliah saya, Sulis, yang kebetulan dari Karangasem, selalu menyombongkan Taman Ujung Soekasada. Katanya, tempat ini bagus-lah, keren-lah, ditambah lagi dengan deskripsi yang berlebihan. Makanya, ketika saya ada waktu luang main ke Karangasem, saya langsung menghubunginya. Temui saya di Ujung, begitu pesan yang saya kirimkan ke dia.

Begitu saya tiba di kompleks Taman Ujung, saya langsung disuguhkan pemandangan yang sedikit ‘berbeda’. Maksud saya, Karangasem saat itu dilanda musim kering. Terakhir saya baca di koran, ada beberapa desa yang penduduknya harus rela mengantri berjam-jam untuk seember air bersih. Namun, di Taman Ujung, air melimpah ruah dalam kolam yang luasnya entah-berapa-meter. Jujur nih, pemandangan disana bagus sekali. Benar-benar agung, mengingat tempat ini adalah peninggalan Kerajaan Karangasem. Teknik arsitekturnya unik sekali, merupakan kombinasi arsitektur Bali dan Eropa.

Sulis menghampiri saya. Rupanya kami datang berbarengan. Langsung saja dia menangkap ekspresi kekaguman saya, kemudian berkata ini-itu seolah-olah dia baru saja memenangkan pertandingan lari di olimpiade. Yayaya... dia memang benar. Tempat ini mengagumkan sekali. Terdapat tiga kolam di kompleks Taman Ujung. Di tengah kolam utama, terdapat bangunan yang dihubungkan oleh jembatan dengan teknik arsitektur yang unik dan berukir-ukir. Di jembatan kolam utama, terdapat sekitar 6 gerbang sebelum mencapai bangunan utama di tengah kolam. Pada jembatan inilah, saya bisa melihat luasnya air disertai tanaman teratai yang (mungkin) ditata rapi. Sulis menjelaskan bahwa tempat ini adalah kolam mandi para keturunan Kerajaan Karangasem. Yah, saya pun berikir demikian ketika pertama kali menginjakkan kaki di Taman Ujung.

Taman Ujung dibangun pada 1919, namun baru diresmikan pada 1921. Istana air ini dikonstruksi oleh raja terakhir Karangasem, yaitu I Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah pada periode 1909 sampai 1945. Tempat ini digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting, disamping juga digunakan oleh keluarga Puri Karangasem untuk bersantai. Tempat ini pernah rusak pada 1963 akibat meletusnya Gunung Agung. Apalagi ditambah dengan guncangan gempa hebat pada 1979. Namun, pemerintah sudah menata ulang. Sehingga warisan itu masih terlihat keagungannya sampai sekarang.

Jam menunjukkan pukul 17.15 WITA. Suasana makin bersahaja ketika warna jingga sudah mulai mendominasi langit Karangasem. Tak ingin membuang waktu, saya melanjutkan berkunjung ke bangunan tengah kolam. Pada bangunan ini, terdapat foto-foto tetua Puri Karangasem. Tempat ini juga tak kalah menarik, mengingat kita bisa memperkaya wawasan sejarah. Yah, hitung-hitung kilas balik-lah. Foto-foto Raja Karangasem yang pernah memerintah terpampang bersama keturunan dan permaisurinya. Juga terpampang foto raja terakhir Karangasem, I Gusti Bagus Jelantik, serta kondisi Taman Ujung tempoe doeloe. Semuanya dalam sepia. Benar-benar gambaran agung masa lalu.

Sulis kemudian menggiring saya ke tempat tertinggi istana itu. Saya harus melewati banyak tangga sebelum mencapainya. Disinilah keistimewaan lain Taman Ujung. Ada bangunan keren sekali—mirip kuil Yunani—yang berdiri megah berlatar laut Karangasem, sawah hijau, dan keindahan Gunung Agung. Komplit, kan? Bangunan itu ditunjang 12 pilar berukir style Bali, dan tiap pilar terhubung lengkungan-lengkungan yang menambah rasa Eropa. Tempat itu sering digunakan tempat foto pre-wedding, Sulis memberikan informasi. Yah. Memang cocok. Saya pun jika menikah nanti, mungkin akan foto pre-wedding disana. Hehehe...

Waktu berjalan serasa cepat sekali. Matahari sudah tergantikan bulan. Saya pun harus pulang. Saya tak tahu kapan akan kembali lagi kesini. Yang jelas, saya pasti kembali. Untuk sekarang, paling tidak ada beberapa foto sebagai obat rindu saya terhadap Taman Ujung Soekasada.

No comments: